Sabtu, 02 Juli 2011

Islam Itu Indah



Sepakat kawan! Bahwa Islam adalah TIDAK SAMA dengan terorisme. Islam itu Indah! Karena selalu membekalkan kepada umat untuk berperilaku baik dan berlaku ikhlas sesuai jalan yang diberikan Allah SWT.
Di antara akhlak Nabi Saw. yang paling menonjol, beliau adalah pribadi yang lemah-lembut. Kesaksian semua orang yang pernah semasa dengan beliau, menggambarkan bahwa beliau tidak pernah berkata kasar, tidak pernah mengumpat, dan tidak pernah berlaku bengis.
Bahkan, beliau Saw. tidak pernah marah, kecuali terhadap perbuatan yang melanggar kehormatan agama. Ada beberapa hikmah yang bisa kita peroleh dari perangai lemah-lembut, seperti telah dicontohkan oleh Nabi Saw. Yaitu di antaranya:
Pertama, kelemahlembutan bisa membuat kita menjadi pribadi yang indah.
Secara garis besar, Allah Swt. Mengkaruniakan dua keindahan kepada manusia: keindahan fisik, dan keindahan kepribadian. Manusia pada umumnya mudah terpukau oleh keindahan fisik. Namun, keindahan fisik ini akan segera kehilangan kesan bila tingkah-laku dan kata-katanya kasar. Di sinilah, kelemahlembutan menjadi kunci untuk mewujudkan pribadi yang indah. Nabi Saw.bersabda:
“Sesungguhnya Allah memberi (keutamaan) kepada kelemahlembutan, yang tidak diberikanNya kepada kekerasan, dan tidak juga diberikanNya kepada (sifat-sifat) yang lain.” (HR. Muslim dari `Aisyah ra.)
Dalam kesempatan lain, Nabi Saw. bersabda:
“Sesungguhnya kelemahlembutan tidak melekat pada sebuah pribadi kecuali sebagai perhiasan, dan tidak terlepas darinya kecuali sebagai keaiban.” (HR. Muslim)
Kedua, kelemahlembutan bisa membentuk orang-orang dan lingkungan di sekitar kita.
Banyak Sahabat RA yang memperoleh hidayah (masuk Islam) setelah menyaksikan pribadi Nabi Saw. yang lemah-lembut. Salah satunya :
Tsumâmah bin Atsâl ra. Suatu hari, Tsumâmah yang masih musyrik tertangkap dalam sebuah peperangan melawan kaum Muslimin. Ketika Nabi Saw. Menjenguk para tawanan, beliau sempat bertanya kepada Tsumâmah, “Apa yang ingin kau katakana, wahai Tsumâmah?” Tsumâmah menjawab, “Jika kau hendak membunuhku, hai Muhammad, sesungguhnya kau membunuh seseorang yang memiliki pengaruhkuat. Jika mau berbuat baik kepadaku, maka kau berbuat baik kepada orang yang tahu berterima kasih. Dan jika kau ingin harta tebusan,sebutkan saja berapa pun jumlahnya, pasti akan aku bayar.”
Namun Nabi Saw tidak memerintahkan untuk membunuh Tsumâmah,atau meminta tebusan darinya. Beliau Saw malah mengingatkan paraSahabat ra agar merawat Tsumâmah dan tawanan lainnya dengan baik.
Demikianlah, sampai tiga kali kesempatan Nabi Saw.menanyakan hal yang sama kepada Tsumâmah, ia terus menantang untuk dibunuh saja atau membayar tebusan dalam jumlah yang besar. Setelah para tawanan tersebut dirawat hingga pulih kondisimereka, alih-alih mereka dibunuh atau dimintai uang tebusan.
Nabi Saw dengan senyum mengembang malah membebaskan mereka tanpa syarat dan menyuruh mereka untuk kembali kepada keluarga masing. Tsumâmah pun beranjak meninggalkan Nabi Saw dan para Sahabatra. Namun tak lama berselang, ia kembali menghadap Nabi Saw, mengikrarkan ke-Islamannya. Lalu ia berkata, “Sungguh, wahaiRasulullah, sebelum ini tiada orang yang paling saya benci di duniaselain anda. Tapi sekarang anda menjadi orang yang paling sayacintai di dunia ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketiga, kelemahlembutan adalah pelindung hati dari noda danpenyakit kalbu.
Yang perlu disadari, ketika kita berkata kasar danmengumpat, sebenarnya kita tidak sedang merugikan orang lain. Tapi, terlebih lagi, kita sedang menodai hati kita sendiri, mengotorinyadengan kekasaran, serta membuatnya menjadi keras.
Suatu kali, Nabi Saw. tengah dudukbersama Aisyah ra. Lalumelintaslah sekelompok orang Yahudi di hadapan beliau. Tiba-tibamereka menyapa Nabi Saw. dengan memelesetkan ungkapan “Assalâmu’alaikum” menjadi “Assâmu `alaika”—kebinasaanatasmu, hai Muhammad. Mendengar serapah orang-orang Yahudi itu, Aisyah ra. naikpitam dan balik memaki mereka. Namun Nabi Saw. segera menenangkanAisyah ra dan memintanya agar tidak mengotori mulut dan hatinya dengan kekasaran dan kebencian. Lalu beliau memberikan alasan:
“Sesungguhnya Allah Swt. lembut, dan menyukaikelemahlembutan dalam segala hal.” (HR. al-Bukhari)
Lemah-lembut dalam tutur kata, lemah-lembut dalam canda,serta lemah-lembut dalam tingkah-laku ternyata merupakan salah satu keteladanan yang paling menonjol dalam diri Rasulullah Saw. Dan saat ini, dalam keseharian kita, baik dalam lingkup kehidupan sosial yang paling kecil hingga yang paling besar; betapa kita menghajatkanketeladanan ini demi terus menjaga keseimbangan sosial yang kita miliki. Toh Allah Swt. telah berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladanyang baik bagitu; yaitu bagi orang-orang yang mengharap (keridhaan)Allah…” (TQS. Al-Ahzâb; 21)
Kelemahlembutan bukan indikasi ketidakberdayaan, tetapimerupakan tanda kemampuan untuk mengendalikan diri. Sebaliknya, kekasaran bukan tanda kekuasaan, namun tanda kerapuhan emosional dankelemahan kepribadian. Pada titik singgung ini, Nabi Saw. bersabda:
“Apabila Allah Swt. menyukai seorang hamba, maka Ia akanmengkaruniainya kelemahlembutan. Dan barangsiapa dari keluargakuyang mengharamkan/ menjauhi kelemahlembutan, maka sesungguhnya diatelah menjauhi kebaikan.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
So, mau tunggu apalagi sobat. Bersikaplah lemah lembut dalam dan untuk kebaikan. Tetapi, bersiaplah untuk bertindak tegas kepada kemungkaran dan kejahatan.