Rabu, 15 Desember 2010

Menunggu Bangunnya Singa Peradaban


Saat orang-orang Portugal (menurut redaksi lain adalah Spanyol) ingin merampas Andalusia dari kekuasaan umat Islam, mereka mengirim sejumlah mata-mata untuk mencari jalan masuk, yaitu dengan cara menyusup di antara penduduk Muslim. Saat itu salah seorang mata-mata melihat anak kecil menangis di tepi jalan karena bidikan lembingnya tidak tepat sasaran. Sekembalinya ke markas, diapun menceritakan hal ini kepada teman-temanya (komplotannya) yang lain.
Berdasarkan kejadian itu, mereka lalu mulai mempelajari situasi, dan mengetahui bahwa dalam Islam ada kewajiban untuk berjihad. Kewajiban inilah yang menyebabkan Umat Islam begitu rela mengorbankan jiwa raga demi menegakkan agama. Menyadari hal itu, mereka lalu sadar bahwa tidak mungkin bisa menembus pertahanan Umat Islam dengan cara kekerasan. Berdasar logika sehat, jika anak kecil saja bisa menangis karena lemparan lembingnya luput saat latihan, lalu bagaimana dengan para pemudanya ? Tentu mereka memiliki pengetahuan dan semangat yang jauh lebih tinggi dalam masalah Jihad membela agama dan tanah airnya.
Mereka kemudian memutuskan menyerang Umat Islam secara sistematis melalui kesenangan duniawi dan tindakan yang tercela secara perlahan dan bertahap yang mereka susupkan ke dalam kehidupan masyarakat Muslim kala itu. Setelah berhasil menyusup dan menyebarkan kerusakan (moral), mereka membiarkan Umat Islam berada dalam kondisi itu selama beberapa tahun.
Beberapa tahun kemudian mereka kembali mengirim mata-mata, dan mendapati situasi yang sudah jauh berbeda. Kali ini, yang menangis ternyata seorang pemuda yang ditinggalkan kekasihnya (pacarnya). Kejadian ini merupakan tanda bagi mereka bahwa saatnya telah tiba. Tentara pun dikirim untuk menyerang Andalusia . Hasilnya ? mereka berhasil merebut kota terakhir yang merupakan pusat peradaban Islam yang sangat maju di wilayah barat kala itu (kini masuk wilayah Spanyol) dari tangan kaum Muslimin. Dan berhasil membantai umat Islam seperti membantai kawanan domba. Adapun sebagian kecil umat Islam yang berhasil selamat terpaksa melarikan diri keluar dari kota pusat peradaban Islam terakhir tersebut. Semenjak saat itulah nama Portugal (menurut redaksi lain adalah Spanyol) ditetapkan.
Demikian sekelumit kisah nyata yang saya cuplik dari tulisan Da’i kondang asal Mesir Amru Khaled dalam bukunya yang berjudul 10 Sifat Penghuni Surga.
Kisah tersebut sengaja saya kutip karena jika kita dapat jujur pada diri masing-masing, tentu kita dapat mengamini jikalau kondisi umat Islam (terutama generasi mudanya) saat ini tidak jauh berbeda dengan yang digambarkan Amru Khaled di atas. Umat terbaik yang dulu pernah menguasai sepertiga wilayah bumi ini kini tak ubahnya kaum yang dapat diumpamakan seperti anak ayam kehilangan induknya. Mereka bingung dengan jati diri sendiri karena kurangnya kefahaman mereka tentang sejarah kebesaran dan kejayaan peradaban yang pernah dipersembahkan para pendahulu mereka silam.
Dan kebingungan tersebut makin diperparah dengan makin berkurangnya sosok tokoh teladan yang mereka anggap dapat mengajarkan dan mencontohkan akhlak Islam yang sesunggunya dalam tiap laku hidupnya. Bukankah saat ini banyak kita dapati tokoh-tokoh yang mengklaim ataupun telah dianggap sebagai para pemuka Islam yang justru menghancurkan Islam melalui tingkah polah dan akhlaknya.
Baik itu pejabat korup yang notabene Islam, serta Umara’nya yang tidak menjalankan amanah rakyat dengan semestinya dan diperparah dengan tingkah Ulama’ nya yang rusak (Ulama’ Su’u alias ulama’ dunia) yang banyak mengeluarkan pernyataan kontroversial yang membingungkan umat seperti statemen halalnya homoseks dan lesbi dalam Islam yang dilontarkan oleh seorang doktor ilmu politik yang juga pejabat teras Depag bagian pemberdayaan perempuan yang jelas-jelas bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadis serta Ijma’ Ulama’ sepanjang masa.
Tokoh tersebut dan para kawannya yang terkenal Liberal akut bahkan berani mengkritik dan mengajukan agar kisah dijungkirbalikkannya bumi dalam kisah kaum Sodom yang merupakan kaum Nabi Luth akibat kelakuan homoseks mereka ditafsirkan ulang dan dirombak dengan dalih dan semangat HAM yang ingin pula memanusiakan para kaum Gay dan lesbian.
Belum lagi penolakan-penolakan mereka dalam hal UU Pornografi, UU Perkawinan pun ingin mereka revisi agar pasangan beda agama dan pasangan sesama jenis dapat menikah dan diakui negara, kemudian mereka juga melakukan penolakan terhadap Perda-perda (peraturan daerah) yang dianggap mengusung misi Islam seperti Perda larangan peredaran Miras dan pelacuran di Tangerang dan Perda Anti Miras di Bulukumba serta Perda –perda pro Moral di berbagai daerah di Indonesia yang jelas-jelas tidak mencantumkan label Perda Islam dan yang justru bermanfaat bagi masyarakat yang dibuktikan dengan makin berkurangnya angka kriminalitas di daerah–daerah tersebut.
Dan anehnya pendapat-pendapat nyeleneh dan tindakan (melalui usaha-usaha penolakan) yang tidak pro kebaikan Umat tersebut justru didukung oleh beberapa tokoh Islam yang dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai Ulama’ dan tokoh Islam yang memiliki pengaruh di tengah–tengah umat.
Jika 3 komponen panutan umat tersebut telah rusak, bagaimana mungkin generasi mudanya akan tumbuh menjadi generasi yang baik. Mereka telah kehilangan sosok-sosok panutan yang dapat mereka contoh akhlak dan karya nyatanya bagi manusia wabil khusus bagi kembalinya kejayaan peradaban Islam. Dan indikasi dari keterputusasaan para kaum muda adalah makin menjauhnya mereka dari nilai-nilai Islam dan kian akrabnya mereka dengan idola-idola baru di abad modern ini yang dianggap dapat mewakili jiwa dan semangat para kaum muda yang ingin bebas dan mencari jati diri.
Dan sayangnya tidak sedikit dari mereka yang tersesat dalam perjalanan pencarian jati diri tersebut. Alih-alih memilih membentuk jati diri sendiri yang berdasarkan nilai Langit (Islam), mereka malah lebih memilih mengekor pada pribadi-pribadi yang masih dipertanyakan keabsahan semangat Islamnya. Seperti sebagian penyanyi dan biduanita, artis, pemain sepak bola dunia dan para kaum yang sering disorot dalam dunia selebritas lainnya.
“Fatwa-fatwa” para penyanyi (Anak Band) dan para artis idola mereka itulah yang lebih didengarkan oleh para generasi muda kini tak terkecuali generasi muda Islam. Jika dibandingkan dengan kegiatan menelaah kandungan Al Qur’an, hadis, serta Sirah Nabawiyah dan kisah hikmah para penghulu Islam, ternyata kaum muda ternyata lebih gandrung kepada sinetron-sinetron cengeng percintaan yang berisi perselingkuhan dan perebutan harta serta film-film Horor dan Komedi yang banyak tayang di layar lebar yang notabene selalu saja temanya seks dan klenik yang tak masuk akal dan tak ada pengaruh positifnya bagi perkembangan mental anak bangsa selain pengaruh bagi makin tebalnya kantong-kantong bos pembuat film tersebut.
Dan seperti adagium terkenal dalam dunia informasi yang berbunyi, ”Kebohongan yang disiarkan secara terus-menerus maka suatu saat kebohongan tersebut akan dianggap sebagai sebuah hal yang wajar alias lumrah yang dapat menjadi sesuatu yang dibenarkan.” Kini kebohongan-kebohongan dari “fatwa” para idola kaum muda di atas yang dalam karya-karya mereka seperti tema Lagu, Film, dan Sinetron banyak mengkampanyekan budaya yang Permisive (serba boleh) seperti pergaulan bebas, dan Hedonis (berdasarkan kesenangan masing-masing individu) serta gaya hidup pop modern yang kian meredupkan nilai-nilai Timur dan Islami perlahan dianggap sebagai sebuah kebenaran.
Dan lambat laun negeri Muslim terbesar ini makin terpuruk ke arah kehancurannya dan bukan tidak mungkin akan mengalami nasib yang sama dengan Umat Islam di Andalusia dalam kisah di atas. Dan indikasi ke arah itu perlahan mulai nampak dengan makin kentaranya kebobrokan moral para generasi muda yang notabene tulang punggung bangsa. Hal ini digambarkan dengan makin meningkatnya pergaulan bebas, narkoba dan prestasi-prestasi amoral lainnya yang berhasil ditorehkan para anak muda Islam terutama yang berada di negeri tercinta ini.
Survei Kesehatan Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003 yang dilakukan di Bali oleh BPS menyebutkan bahwa laki-laki berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 57,5 persen dan yang berusia 15-19 tahun sebanyak 43,8 persen. Sedangkan perempuan berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 63 persen. Perempuan berusia 15-19 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 42,3 persen. Sedangkan Litdikkespro Bali pada tahun 2003 menemukan 28,6% istri dari pasangan usia subur telah hamil sebelum perkawinan. Kemudian Depkes RI pada tahun 1995/1996 melakukan survey yang menyebutkan bahwa kehamilan remaja berusia 13-19 tahun di Bali sebanyak 5%.
Di daerah lain di Indonesia, seperti yang dirilis MAJALAH.KOMUNITAS (01/18/2009) menyebutkan bahwa Sebanyak 30 persen pelajar di Kota Sukabumi, Jawa Barat, diduga telah melakukan seks bebas. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh dinas kesehatan setempat sepanjang tahun 2007. Sedangkan dalam kasus Narkoba, jumlah kasus penggunanya sepanjang tahun 2007 mencapai 900 orang. Dari jumlah itu, 90 persen pengguna yang telah menjalani rehabilitasi, diketahui telah kembali aktif menggunakan narkoba.
Masih ditahun 2007, dinas kesehatan setempat juga menemukan kasus baru dalam hal penyebaran virus HIV Aids, yakni sebanyak 44 kasus. Jumlah temuan kasus baru ini, jauh lebih rendah dari jumlah temuan kasus baru pada tahun 2006 yang mencapai 94 kasus. Untuk temuan baru kasus HIV Aids pada tahun 2007 sebanyak 44 kasus dengan kasus kematian sebanyak 24 kasus. Angka temuan kasus baru itu lebih rendah ketimbang temuan kasus pada tahun 2006. yang mencapai 94 kasus. Secara akumulasi jumlah penderita HIV Aids selama tahun 2000-2007 mencapai 206 kasus.
Dalam dunia maya pun prestasi amoral sebagian generasi muda kita juga tak kalah hebatnya. Jika anda mampir di Google Trends (http://www.google.com/trends?q=porn+asia&ctab=0&geo=all&date=all&sort=0) maka akan anda dapati diurutan pertama top ranking Pornografi diduduki oleh Indonesia, terpaut 4 peringkat di atas Thailand yang kesohor dengan wisata seksnya.
Menurut Peri Umar Farouk dari Tim Kerja Gerakan Jangan Bugil Depan Kamera, yang parah sekarang itu adalah bugil di depan kamera. Padahal di Amerika hal ini baru mulai dari tahun 2008. Jadi Amerika justru mengikuti kita dalam kegiatan Gerakan Bugil Depan Kamera. Dengan kata lain, kitalah yang menjadi Trendsetter Gerakan Bugil Depan Kamera tersebut dan hal ini dapat dibuktikan di fasilitas google trend yang tersebut di atas.
Dan setelah bibit Seks bebas dan Pornografi serta Pornoaksi sukses tersebar, maka giliran tindakan Aborsi di panen. WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi tergantung kondisi masing-masing negara. Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman.
Di Asia Tenggara, Badan kesehatan Dunia itu melansir data yang memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Sedangkan sebuah studi terbaru yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia memperkirakan angka kejadian aborsi di Indonesia per tahunnya sebesar 2 juta (Utomo dkk 2001). Aborsi yang tidak aman saat ini di Indonesia berkontribusi terhadap 30-50% Angka Kematian Ibu (AKI).
Ini merupakan yang tertinggi di ASEAN. Dan berdasarkan Hasil studi PKBI sejak tahun 2000-2003 dari 37.000 kasus KTD (Kehamilan Tidak Dikehendaki), ternyata 27% di antaranya belum menikah, termasuk 12,5% di antaranya masih berstatus pelajar atau mahasiswa. Studi ini melibatkan 9 kota , salah satunya Denpasar. Kemudian juga studi kualitatif PKBI selama tahun 2005 lalu yang menyebutkan bahwa persentase KTD remaja tertinggi ada di Denpasar, Mataram dan Yogyakarta .
Data-data yang merepresentasikan tingkat kemerosotan akhlak (moral) tersebut sudah cukup membuktikan betapa para musuh Islam tanpa kenal lelah terus berusaha melemahkan generasi muda Islam saat ini dengan berbagai cara dan tak terkecuali cara yang telah terbukti ampuh berhasil membuat umat Islam angkat kaki dari bumi Andalusia juga digunakan hingga kini, yaitu penyebaran kerusakan moral di tengah kehidupan dan budaya umat Islam.
Membedah Kemunduran Kita
Jika kita pernah memiliki perasaan iba terhadap nasib saudara-saudara Muslim di Palestina akibat berbagai ulah biadab Israel, sebenarnya kita juga lebih patut mengasihani nasib generasi muda Islam di negeri kita sendiri. Karena bagaimanapun juga, ternyata umat Islam Palestina masih sedikit lebih mudah dalam menyusun strategi menghadapi musuh yang jelas-jelas kelihatan di depan mata mereka yaitu para serdadu Zionis Israel dan senjatanya.
Sedangkan kita di Indonesia harus menghadapi musuh yang lebih kompleks daripada umat Islam Palestina. Kita harus menghadapi senjata musuh-musuh Islam yang tidak kasat mata berupa penyebaran budaya amoral seperti pergaulan bebas, hedonisme, materialisme dan juga permisivisme, dan juga dengan adanya penyebaran pemikiran-pemikiran sesat seperti liberalisme dan sekularisme yang dihembuskan barat untuk meracuni otak para generasi muda Islam.
Di era globalisasi yang penuh dengan upaya westernisasi para musuh-musuh Islam saat ini, patut kita cermati berbagai tindakan missionaris baik itu kristenisasi maupun upaya menjauhkan nilai-nilai Islam dari para generasi muda Islam Indonesia . Karena seperti pengakuan Samuel Zwemmer, seorang Direktur organisasi misionaris pada tahun 1935 yang mengatakan bahwa tugas gerakan misi adalah, menghancurkan peradaban lawan dan membina kembali bentuk peradaban Barat agar Muslim berdiri di barisan Barat (Kristen).
Tugas misionaris tidak saja mengkristenkan Muslim, tapi juga menjauhkan Muslim dari agamanya –dengan tetap memeluk Islam– dan berdiri dalam budaya Barat. Inilah bahaya laten yang harus segera dibendung oleh internal umat Islam sendiri. Jika tidak maka impian akan kembalinya kejayaan peradaban Islam akan semakin mustahil untuk segera dicapai.
Tentu masih segar dalam ingatan kita bagimana para serdadu Israel menyerang Jalur Gaza guna melumpuhkan para pejuang Palestina yang mengakibatkan lebih dari 1000 jiwa melayang yang kebanyakan adalah anak-anak dan wanita. Tahukah anda alasan terkuat kenapa Israel melakukan serangan 22 hari tersebut. Alasannya adalah ketakutan negeri yahudi itu akan semakin berkembangnya kekuatan perjuangan rakyat Palestina yang ternyata terus dilanjutkan kepada anak cucu mereka.
Serangan 22 hari itu sendiri dilancarkan selang beberapa waktu setelah Perdana Mentri Palestina Ismail Haniyeh dari Faksi HAMAS memwisuda sekitar 500 anak-anak Hafiz Al Qur’an. Israel berpendapat jika masih usia kanak-kanak saja para generasi muslim Palestina sudah hafal Al Qur’an, tentunya akan lebih berbahaya jika mereka kelak dibiarkan tumbuh dewasa dengan bimbingan Qur’ani yang tentunya akan membentuk pribadi-pribadi Mujahidin yang berbahaya bagi Israel .
Berbeda dengan Palestina, strategi lain digunakan Zionis Yahudi untuk melemahkan semangat perjuangan generasi muda Islam di Indonesia. Karena menyadari potensi kekuatan Islam Indonesia yang merupakan jumlah terbesar di planet ini yang jika mereka bersatu dan memiliki ruh Jihad seperti Muslim Palestina, tentunya akan sulit dikalahkan.
Maka digunakanlah cara-cara melemahkan semangat Jihad itu sendiri. Mereka, lewat media–media massa Indonesia berhasil membentuk opini buruk di tengah masyarakat Indonesia mengenai Jihad yang dicap sebagai tindakan para teroris. Sehingga umat Islam takut dan enggan untuk mengamalkan Jihad yang sebenarnya karena tidak ingin distigmakan sebagai pendukung tindakan teror.
Dan yang lebih parah lagi adalah umat Islam mulai malu menunjukkan identitas keislamannya. Umat Islam sengaja dijauhkan dari nilai Al Qur’an dengan berbagai cara seperti dialihkannya perhatian keluarga Muslim dari kegiatan menghafal Al Qur’an dan menggantinya dengan kegiatan menghafal lirik-lirik lagu yang saat ini tengah merajai layar kaca Indonesia .
Berbagai upaya penghapusan dan penghilangan jati diri umat Islam sebagai Umat terbaik yang dianugerahkan langit untuk bumi ini sesuai ucapan Prof. Ar Rafi’i yang pernah berkata,”Ajari anak Singa menjadi jinak seperti Rusa. Hapuslah segala cerita tentang kejantanan nenek moyangnya yang pernah menguasai rimba raya.” Dan upaya penjinakan itu kini masih, sedang dan akan terus berlanjut hingga kita benar-benar menjadi Rusa ompong yang mudah mereka binasakan.
Saatnya Bangun
Menyadari kondisi kita yang telah sedemikian parahnya, maka hal terbaik yang harusnya kita lakukan saat ini adalah melakukan evaluasi diri masing-masing. Mulailah untuk merapatkan barisan dalam lingkaran tali yang tak akan pernah putus yaitu buhul Islam. Buang jauh-jauh ego kelompok masing-masing yang merasa mazhab dan manhajnya sendiri yang paling benar. Bukankah Islam mentolerir khilafiyah terutama perbedaan Fikih selama Tauhid dan akidah Islamiyah kita masih sesuai dengan ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah.
Karena tanpa persatuan mustahil umat Islam akan dapat bangkit melawan serangan musuh-musuh Islam. Dan kejayaan peradaban Islam yang berakar dari persatuan dan persaudaraan dalam Islam inilah yang pernah ditorehkan oleh Shalahudin Al Ayyubi dan para tentara Islam dalam perang Salib seabad yang lampau.
Dan yang terpenting adalah kembali kepada Al Qur’an dan As Sunah yang merupakan satu-satunya pusaka dan senjata yang diwariskan nabi SAW kepada kita umatnya yang telah dijamin bergaransi kemenangan dan keberuntungan bagi umat Islam jika mereka memegang dan menggunakannya dengan cara yang benar untuk Amar Ma’ruf Nahi Munkar sesuai dengan fitrah kita yang dijelaskan dalam Al Qur’an, “Kamu adalah Umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang Ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah ...” (QS. Ali Imron [03] : 110).
Kini sudah saatnyalah anak-anak Singa dibangunkan untuk dapat mengaum lagi dan merebut kembali tahta kejayaan Islam yang pernah dipersembahkan oleh nenek moyang mereka dahulu. Wallahu A’lam.
Share|

Senin, 06 Desember 2010

Ramadhan Spirit Of Change 1431 H


Hey brother and sister! Do you still remember the date of August 28th 2010? Yes! On that date, rohis of SMAGA held the Nuzulul Qur’an event which was  the top of the ramadhan “Spirit of change 1431 H” event. Rohis  also invited ustadz Ali Emran El-Shirazy and Fatih Nasheed, which is one of the most famous Nasheed grup from Jogja that create the atmosphere more interesting. The celebration event was closed by fasting break together by all of SMAGA students , social charity and pray tarawih together.      
 It was not only Nuzulul Quran itself but also many useful and interesting  activities like  Pesantren Kilat that presented by ESQ,Kajian Islami, and Watching film together , Awan Nasheed’s album launching which was relayed by many radio’s stations in Indonesia, Ramadhan competition like islamic poem,Adzan,Tilawah and cerdas cermat islami, Charity event, Pray dhuha together, Distribution of zakat fitrah and many more which was made the Ramadhan month more special and meaningful in our school, SMAN 3 Semarang.
Exciting isn’t it? Well, InsyaAllah ROHIS of SMAGA will hold many exciting Ramadhan event anually. So, see you on next Ramadhan guys!












Share|

2010, Tahun Kebangkitan Nasyid

22/02/2010 07:38:23 INSTRUMEN musik mungkin akan kurang diminati generasi muda, beberapa waktu ke depan. Padahal di mana-mana bertumbuhan band-band baru  dan semakin banyak orang yang mempunyai skill untuk bermusik. Itu tak lepas dari mulai diliriknya nasyid atau acapela mulut. Tidak sekadar bernyanyi dan menirukan suara alat musik biasa, namun bisa tampil penuh atraktif dan membuat panggung kembali ‘hidup’. Bahkan acapela pun bisa membaur dan menyatu dengan beragam aliran musik, seperti hip hop, rap, dangdut, country dan sebagainya. Aksi mereka terlihat dalam acara yang didukung SKH Kedaulatan Rakyat, berupa Konser Musik Mulut Visit Jogjakarta Year 2010-Be Creative, di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Minggu (21/2). Pelatih dari beberapa nasyid di Yogya Era Sugiarso mengatakan, acapela ini seperti merangkai beberapa huruf untuk menjadi kata. Bisa dibilang, nasyid hasil persilangan budaya musik dari berbagai negara. Sesuatu yang menarik dari acapela jenis ini, generasi muda tidak hanya bisa merasakan asyiknya bermusik dan menyanyi, tapi sekaligus melakukan dakwah dan beribadah.“Yogya juga menjadi barometer nasyid, terlebih setelah munculnya Bimbo, Raihan, Justice Voice, dan Fatih. Saat ini banyak remaja yang mencoba nasyid. Awalnya hanya bermodal semangat, tapi kini mereka mampu mengembangkan diri karena sering berlatih dan mendengarkan suara dari beragam instrumen,” terang pria yang juga menjadi konduktor pada konser siang itu.Salah satu munsyid (orang yang menyanyikan nasyid) Fely Hilman berujar, nasyid mempunyai peluang untuk bersaing dengan band. Semua itu, tergantung pemahaman masyarakat. Selebihnya, munsyid harus bisa memperbaiki kualitas bermusik serta penampilan agar penonton tidak berpaling.“Bisa dibilang tahun ini, adalah kebangkitan nasyid dan titik balik dari nasyid yang sempat tenggelam selama beberapa waktu lalu. Semoga semakin banyak nasyid yang konsisten di nasyid, sehingga bisa memberikan suasana baru di blantika musik Indonesia,” jelas Fely yang pernah aktif di Justice Voice selama 8 tahun ini.Manager Justice Voice Dra Ati Ganda mengungkapkan nasyid di Yogya lebih kuat dibandingkan kota lainnya. Ini tak lepas dari banyaknya komunitas nasyid dan mudah untuk menyatukan mereka. Karena itulah, perkembangannya juga lebih cepat, bahkan ada beberapa yang bisa berkibar di dunia internasional. “Semua itu, tak lepas dari pesan dan sikap moral yang mereka usung. Meskipun begitu, munsyid harus konsisten, agar mayor label berani mengorbitkan nasyid. Dari banyaknya nasyid, hanya 20-30 persen yang masih bertahan dengan label. Keadaan ini karena terbentuknya nasyid tidak digunakan untuk mengejar ekonomi, tapi untuk dakwah semata,” terangnya.  

Sumber : koran Kedaulatan Rakyat


Rabu, 24 Februari 2010

IFFEST 2010 : 11 APRIL


HADIRILAH
IFFEST SMAGA 2010
TANGGAL 11 APRIL 2010
BERTEMPAT DI HALAMAN BALAI KOTA SEMARANG
PUKUL 7.00 S/D SELESAI

DIMERIAHKAN OLEH AWAN NASYID

DIRAMAIKAN OLEH BERBAGAI LOMBA:
REBANA, NASYID, PUISI

GRATISSSS!!!




LUBANG HITAM (BLACK HOLE)

Abad ke-20 menyaksikan banyak sekali penemuan baru tentang peristiwa alam di ruang angkasa. Salah satunya, yang belum lama ditemukan, adalah Black Hole [Lubang Hitam]. Ini terbentuk ketika sebuah bintang yang telah menghabiskan seluruh bahan bakarnya ambruk hancur ke dalam dirinya sendiri, dan akhirnya berubah menjadi sebuah lubang hitam dengan kerapatan tak hingga dan volume nol serta medan magnet yang amat kuat.

Kita tidak mampu melihat lubang hitam dengan teropong terkuat sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam tersebut sedemikian kuatnya sehingga cahaya tidak mampu melepaskan diri darinya. Namun, bintang yang runtuh seperti itu dapat diketahui dari dampak yang ditimbulkannya di wilayah sekelilingnya. Di surat Al Waaqi’ah, Allah mengarahkan perhatian pada masalah ini sebagaimana berikut, dengan bersumpah atas letak bintang-bintang:
Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui. (QS. Al Waaqi’ah, 56: 75-76)



Istilah “lubang hitam” pertama kali digunakan tahun 1969 oleh fisikawan Amerika John Wheeler. Awalnya, kita beranggapan bahwa kita dapat melihat semua bintang. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa ada bintang-bintang di ruang angkasa yang cahayanya tidak dapat kita lihat. Sebab, cahaya bintang-bintang yang runtuh ini lenyap. Cahaya tidak dapat meloloskan diri dari sebuah lubang hitam disebabkan lubang ini merupakan massa berkerapatan tinggi di dalam sebuah ruang yang kecil. Gravitasi raksasanya bahkan mampu menangkap partikel-partikel tercepat, seperti foton [partikel cahaya]. Misalnya, tahap akhir dari sebuah bintang biasa, yang berukuran tiga kali massa Matahari, berakhir setelah nyala apinya padam dan mengalami keruntuhannya sebagai sebuah lubang hitam bergaris tengah hanya 20 kilometer (12,5 mil)! Lubang hitam berwarna “hitam”, yang berarti tertutup dari pengamatan langsung. Namun demikian, keberadaan lubang hitam ini diketahui secara tidak langsung, melalui daya hisap raksasa gaya gravitasinya terhadap benda-benda langit lainnya. Selain gambaran tentang

Hari Perhitungan, ayat di bawah ini mungkin juga merujuk pada penemuan ilmiah tentang lubang hitam ini:
Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan (QS. Al Mursalaat, 77)

Selain itu, bintang-bintang bermassa besar juga menyebabkan terbentuknya lekukan-lekukan yang dapat ditemukan di ruang angkasa. Namun, lubang hitam tidak hanya menimbulkan lekukan-lekukan di ruang angkasa tapi juga membuat lubang di dalamnya. Itulah mengapa bintang-bintang runtuh ini dikenal sebagai lubang hitam. Kenyataan ini mungkin dipaparkan di dalam ayat tentang bintang-bintang, dan ini adalah satu bahasan penting lain yang menunjukkan bahwa Al Qur’an adalah firman Allah:
Demi langit dan Ath Thaariq, tahukah kamu apakah Ath Thaariq? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (QS. At Thaariq, 86: 1-3)

PULSAR: BINTANG BERDENYUT
Demi langit dan Ath Thaariq, tahukah kamu apakah Ath Thaariq? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (QS. At Thaariq, 86: 1-3)
Pulsar adalah sisa-sisa bintang padam yang memancarkan gelombang  radio teramat kuat yang menyerupai denyut, dan yang berputar pada  sumbunya sendiri dengan sangat cepat. Telah dihitung bahwa terdapat  lebih dari 500 pulsar di galaksi Bima Sakti, yang di dalamnya terdapat  Bumi kita.
Kata “Thaariq,” nama surat ke-86, berasal dari akar kata “tharq,” yang makna dasarnya adalah memukul dengan cukup keras untuk menimbulkan suara, atau menumbuk. Dengan mempertimbangkan arti yang mungkin dari kata tersebut, yakni “berdenyut/berdetak,” “memukul keras,” perhatian kita mungkin diarahkan oleh ayat ini pada sebuah kenyataan ilmiah penting.

Sebelum menelaah keterangan ini, marilah kita lihat kata-kata selainnya yang digunakan dalam ayat ini untuk menggambarkan bintang-bintang ini. Istilah “ath-thaariqi” dalam ayat di atas berarti sebuah bintang yang menembus malam, yang menembus kegelapan, yang muncul di malam hari, yang menembus dan bergerak, yang berdenyut/berdetak, yang menumbuk, atau bintang terang. Selain itu, kata “wa” mengarahkan perhatian pada benda-benda yang digunakan sebagai sumpah – yakni, langit dan Ath Thaariq.

Melalui penelitian oleh Jocelyn Bell Burnell, di Universitas Cambridge pada tahun 1967, sinyal radio yang terpancar secara teratur ditemukan. Namun, hingga saat itu belumlah diketahui bahwa terdapat benda langit yang berkemungkinan menjadi sumber getaran atau denyut/detak teratur yang agak mirip pada jantung. Akan tetapi, pada tahun 1967, para pakar astronomi menyatakan bahwa, ketika materi menjadi semakin rapat di bagian inti karena perputarannya mengelilingi sumbunya sendiri, medan magnet bintang tersebut juga menjadi semakin kuat, sehingga memunculkan sebuah medan magnet pada kutub-kutubnya sebesar 1 triliun kali lebih kuat daripada yang dimiliki Bumi. Mereka lalu paham bahwa sebuah benda yang berputar sedemikian cepat dan dengan medan magnet yang sedemikian kuat memancarkan berkas-berkas sinar yang terdiri dari gelombang-gelombang radio yang sangat kuat berbentuk kerucut di setiap putarannya.

Tak lama kemudian, diketahui juga bahwa sumber sinyal-sinyal ini adalah perputaran cepat dari bintang-bintang neutron. Bintang-bintang neutron yang baru ditemukan ini dikenal sebagai “pulsar.” Bintang-bintang ini, yang berubah menjadi pulsar melalui ledakan supernova, tergolong yang memiliki massa terbesar, dan termasuk benda-benda yang paling terang dan yang bergerak paling cepat di ruang angkasa. Sejumlah pulsar berputar 600 kali per detik.

Kata “pulsar” berasal dari kata kerja to pulse . Menurut kamus American Heritage Dictionary, kata tersebut berarti bergetar, berdenyut. Kamus Encarta Dictionary mengartikannya sebagai berdenyut dengan irama teratur, bergerak atau berdebar dengan irama teratur yang kuat. Lagi menurut Encarta Dictionary, kata ” pulsate “, yang berasal dari akar yang sama, berarti mengembang dan menyusut dengan denyut teratur yang kuat.

Menyusul penemuan itu, diketahui kemudian bahwa peristiwa alam yang digambarkan dalam Al Qur’an sebagai “thaariq,” yang berdenyut, memiliki kemiripan yang sangat dengan bintang-bintang neutron yang dikenal sebagai pulsar.

Bintang-bintang neutron terbentuk ketika inti dari bintang-bintang maharaksasa runtuh. Materi yang sangat termampatkan dan sangat padat itu, dalam bentuk bulatan yang berputar sangat cepat, menangkap dan memampatkan hampir seluruh bobot bintang dan medan magnetnya. Medan magnet amat kuat yang ditimbulkan oleh bintang-bintang neutron yang berputar sangat cepat ini telah dibuktikan sebagai penyebab terpancarnya gelombang-gelombang radio sangat kuat yang teramati di Bumi.

Di ayat ke-3 surat Ath Thaariq istilah “an najmu ats tsaaqibu,” yang berarti yang menembus, yang bergerak, atau yang membuat lubang, mengisyaratkan bahwa Thaariq adalah sebuah bintang terang yang membuat lubang di kegelapan dan bergerak. Makna istilah “adraaka” dalam ungkapan “Tahukah kamu apakah Ath Thaariq itu?” merujuk pada pemahaman. Pulsar, yang terbentuk melalui pemampatan bintang yang besarnya beberapa kali ukuran Matahari, termasuk benda-benda langit yang sulit untuk dipahami. Pertanyaan pada ayat tersebut menegaskan betapa sulit memahami bintang berdenyut ini. (Wallaahu a’lam)

Sebagaimana telah dibahas, bintang-bintang yang dijelaskan sebagai Thaariq dalam Al Qur’an memiliki kemiripan dekat dengan pulsar yang dipaparkan di abad ke-20, dan mungkin mengungkapkan kepada kita tentang satu lagi keajaiban ilmiah Al Qur’an.

BINTANG SIRIUS (SYI’RA)

Ketika pengertian-pengertian tertentu yang disebutkan dalam Al Qur’an dikaji berdasarkan penemuan-penemuan ilmiah abad ke-21, kita akan mendapati diri kita tercerahkan dengan lebih banyak keajaiban Al Qur’an. Salah satunya adalah bintang Sirius (Syi’ra), yang disebut dalam surat An Najm ayat ke-49:
… dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi’ra (QS. An Najm, 53: 49)

Kenyataan bahwa kata Arab “syi’raa,” yang merupakan padan kata bintang Sirius, muncul hanya di Surat An Najm (yang hanya berarti “bintang”) ayat ke-49 secara khusus sangatlah menarik. Sebab, dengan mempertimbangkan ketidakteraturan dalam pergerakan bintang Sirius, yakni bintang paling terang di langit malam hari, sebagai titik awal, para ilmuwan menemukan bahwa ini adalah sebuah bintang ganda. Sirius sesungguhnya adalah sepasang dua bintang, yang dikenal sebagai Sirius A dan Sirius B. Yang lebih besar adalah Sirius A, yang juga lebih dekat ke Bumi dan bintang paling terang yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Tapi Sirus B tidak dapat dilihat tanpa teropong.

Bintang ganda Sirius beredar dengan lintasan berbentuk bulat telur mengelilingi satu sama lain. Masa edar Sirius A dan B mengelilingi titik pusat gravitasi mereka yang sama adalah 49,9 tahun. Angka ilmiah ini kini diterima secara bulat oleh jurusan astronomi di universitas Harvard, Ottawa dan Leicester. Keterangan ini dilaporkan dalam berbagai sumber sebagai berikut:
Sirius, bintang yang paling terang, sebenarnya adalah bintang kembar… Peredarannya berlangsung selama 49,9 tahun.

Sebagaimana diketahui, bintang Sirius-A dan Sirius-B beredar mengelilingi satu sama lain melintasi sebuah busur ganda setiap 49,9 tahun.

Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah garis edar ganda berbentuk busur dari dua bintang tersebut yang mengitari satu sama lain.
Namun, kenyataan ilmiah ini, yang ketelitiannya hanya dapat diketahui di akhir abad ke-20, secara menakjubkan telah diisyaratkan dalam Al Qur’an 1.400 tahun lalu. Ketika ayat ke-49 dan ke-9 dari surat An Najm dibaca secara bersama, keajaiban ini menjadi nyata:
dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi’ra (QS. An Najm, 53: 49)
maka jadilah dia dekat dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (QS. An Najm, 53: 9)

Penjelasan dalam Surat An Najm ayat ke-9 tersebut mungkin pula menggambarkan bagaimana kedua bintang ini saling mendekat dalam peredaran mereka. (Wallaahu a’lam). Fakta ilmiah ini, yang tak seorang pun dapat memahami di masa pewahyuan Al Qur’an, sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur’an adalah firman Allah Yang Mahakuasa.
Sumber : www.harunyahya.com